BADAI TROPIS
(Hurricane / Typhoon / Tropical Cyclone)
(Hurricane / Typhoon / Tropical Cyclone)
Badai tropis (tropical storm) disebut juga dengan Hurricane, Typhoon (Topan) atau Tropical Cyclone (Siklon Tropis) adalah pusaran angin kencang (disertai hujan dan badai petir) dengan diameter putaran hingga 500 km dan kecepatan mencapai lebih dari 200 km per jam serta mempunyai lintasan sejauh 1.000 Km, memiliki pusat putaran disebut mata siklon berdiameter 10 km hingga 100 km yang dikelilingi oleh dinding awan padat setinggi 16 km.
Dengan kecepatan angin sedemikian itu, sebuah badai tropis yang melintasi daratan dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan hebat dengan daya hancurnya yang bisa melebihi dasyatnya bom hidrogen sekaliber bom atom. Tidak hanya pohon-pohon yang bisa tercabut dari akarnya, bangunan-bangunan permanen bisa tersapu, mobil besar, kereta api, dan benda-benda besar atau berat lainnyapun dapat terangkat dan beterbangan, serta dapat menimbulkan korban ribuan jiwa.
Setiap tahunnya badai terjadi di atas perairan luas di samudera yang ada di permukaan bumi. Secara alami kejadian badai tropis diperkirakan berkisar 90 kejadian per tahunnya. Tak jarang, kurang dari sebulan terjadi 4 hingga 5 badai tropis. Ia hanya bisa tumbuh ketika suhu muka laut minimal 26,5 derajat Celcius dengan ketersediaan uap air yang cukup, dan kemungkinan kemunculannya ini dapat dideteksi sejak tiga hari sebelumnya. Karena bertambahnya faktor kekasaran permukaan dan kehilangan sumber kelembabannya, badai akan melemah ketika masuk jauh ke daratan.
Sebuah sistem pusaran angin yang terbentuk di atas samudera luas, belum bisa disebut badai jika belum memiliki beberapa kualifikasi (batasan). Ia belum bisa disebut badai jika kecepatannya dibawah 63 km/jam (34 knot). Calon bibit badai ini juga belum tentu akan tumbuh menjadi badai jika tidak ada faktor-faktor meteorologis (yang berhubungan dengan cuaca) lain yang mendukung.
Indonesia Bukan Daerah Lintasan Badai
Setiap badai bergerak dengan lintasan mereka masing-masing. Meskipun demikian, pada umumnya badai yang terbentuk di sebelah Utara Equator bergerak kearah Barat atau Barat Laut, dan badai yang terbentuk di sebelah Selatan Equator bergerak kearah Barat atau Barat Daya. Hal ini karena dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk diantaranya arah rotasi (perputaran) bumi dan gaya corioli yang ditimbulkannya.
-
Badai tropis begerak berbanding lurus dengan besar gaya coriolis bumi. Karena Indonesia berada di wilayah ekuator dengan sudut lintang rendah (besar lintang dinyatakan dengan tanda Sinus ะค), maka besarnya (hasil perhitungan) Sinus yang didapat mendekati nol. Hal ini menyebabkan badai tropis tidak mungkin melintasi wilayah Indonesia.
Indonesia bukan daerah lintasan badai, negara-negara yang seringkali menjadi lintasan badai adalah Amerika, Jepang, Australia, Filipina dan negara lainnya. Indonesia hanya akan terkena pengaruh tidak langsung yaitu berupa angin kencang, gelombang tinggi, dan hujan lebat pada daerah-daerah yang dekat dengan tempat timbulnya badai. Namun pengaruh badai ini tidak mutlak selalu terjadi. Timbulnya hujan lebat dan angin kencang karena pengaruh oleh posisi dan besarnya (intensitas) badai, tergantung pula pada faktor sirkulasi udara di wilayah Indonesia. Terkadang ketika ada indikasi tumbuh badai, pada beberapa wilyah kecenderungan cuacanya terlihat memburuk. Tetapi ketika badai itu sudah matang atau sudah diberi nama, yang timbul di Indonesia justru hanya angin kencang dan gelombang tinggi (kecuali daerah yang mempunyai radius 500 km dari pusat badai yang lebih sering mengalami hujan lebat). Kemudian di saat badai tersebut sudah menjauhi wilayah Indonesia atau ketika intensitasnya sudah melemah justru cuaca bagian Selatan cenderung banyak hujan lebat. Itu semua tidak mutlak terjadi, tergantung dari sirkulasi udara di atas wilayah Indonesia.
-
Dari kenyataan itu dapat ditegaskan lagi bahwa badai tidak selalu membentuk cuaca buruk di Indonesia, sehingga dalam menganalisa diperlukan ”ahli prakiraan cuaca” (prakirawan) yang berpengalaman dan qualified, memahami seluk beluk sirkulasi udara, tidak hanya sekedar melihat ”satelit awan” kemudian menyimpulkan adanya bibit badai yang akan mengancam Indonesia.
Katagori badai tropis
Katagori 1 : Minimal, kecepatan badai 118 – 152 km/jam
(74 – 95 MPH).
Katagori 2 : Moderat (sedang), kecepatan badai 153 – 176 km/jam (96 – 110 MPH).
Katagori 3 : Ekstensif (meluas), kecepatan badai 177 – 208 km/jam (111 – 130 MPH).
Katagori 4 : Ekstrim (luar biasa), kecepatan badai 209 – 246 km/jam (131 – 155 MPH).
Katagori 5 : Catastrophic (bencana besar), kecepatan diatas 246 km/ jam (diatas 155 MPH).
Wilayah perairan berpotensi terjadinya badai tropis
Syarat utama untuk dapat tumbuh dan berkembangnya badai tropis adalah kelembaban udara yang tinggi karena banyaknya kandungan uap air. Syarat tersebut dapat dipenuhi oleh daerah perairan (lautan) di zona tropis dan subtropis yang temperaturnya minimal 26,5 derajat Celcius.
Secara umum wilayah terjadinya badai tropis dikelompokkan atas 2 wilayah utama yaitu belahan Bumi Utara dan belahan Bumi Selatan. Badai tropis yang terjadi di belahan Bumi Utara, arah putaran badainya searah putaran jarum jam. Sedangkan di belahan Bumi Selatan arah putaran badai tropis berlawanan arah putaran jarum jam.
7 wilayah perairan (lautan) sangat berpotensi terjadinya badai tropis :
1. Barat Laut Samudera Pasifik
Merupakan daerah perairan paling aktif terjadinya badai tropis, sepertiga dari seluruh peristiwa terjadinya badai tropis dunia terjadi di wilayah perairan ini. Aktifitas badai tropis di wilayah perairan ini berpengaruh pada wilayah Jepang, Filipina, China dan Taiwan.
2. Timur Laut Samudera Pasifik
Merupakan daerah paling aktif kedua, karena sepertiga dari seluruh peristiwa terjadinya badai tropis dunia terjadi di wilayah perairan ini. Badai tropis di wilayah perairan ini mempengaruhi wilayah Barat Meksiko, Hawaii dan terkadang sampai di semenanjung California.
3. Barat Daya Samudra Pasifik
Aktifitas badai yang terjadi di wilayah perairan ini mempengaruhi wilayah Australia dan Oceania.
4. Utara Samudera Hindia
Wilayah perairan ini dibagi 2 yaitu Teluk Benggala dan Laut Arabia. Terjadinya aktifitas badai tropis di Teluk Benggala 5 sampai 6 kali lebih besar dari yang terjadi di Laut Arabia. Negara-negara yang terpengaruh adalah India, Bangladesh, Srilangka, Thailand, Burma, dan Pakistan, sedangkan semenanjung Arab jarang terkena dampaknya.
5. Tenggara Samudera Hindia
Badai tropis yang terjadi di wilayah perairan ini mempengaruhi willayah Australia dan wilayah dekat perairan Indonesia (laut Timor).
6. Timur Laut Samudera Hindia
Badai tropis yang terjadi di wilayah perairan ini mempengaruhi Madagaskar, Mozambique, Mauritius dan Kenya.
7. Utara Samudera Atlantik
Wilayah perairan ini mencakup Samudera Atlantik, Laut Karibia, dan Teluk Meksiko. Badai tropis yang terjadi di wilayah perairan ini berdampak pada wilayah Amerika Serikat, Meksiko, Canada serta negara-negara Amerika Tengah dan Kepulauan Karabia.
Musim badai tropis
Puncak terjadinya aktifitas badai tropis di seluruh dunia terjadi pada akhir musim panas yakni ketika laut mencapai temperatur paling hangat. Namun di setiap wilayah terjadinya badai tropis, pola musimnya berbeda.
Wilayah Atlantik Utara :
Musim badai tropis dimulai 1 Juni hingga 30 Nopember. Puncaknya terjadi pada awal September.
Wilayah Timur Laut Pasifik :
Pola musimnya sama dengan wilayah Atlantik Utara, namun periodenya lebih panjang.
Wilayah Barat Laut Pasifik :
Badai tropis di wilayah ini berlangsung setahun penuh, dengan puncaknya pada awal September dan aktifitas minimum pada bulan Pebruari.
Wilayah Utara Samudera Hindia :
Musim badai tropis di wilayah ini berlangsung dari bulan April sampai bulan Desember, puncaknya terjadi pada bulan Mei dan Nopember.
Secara umum, aktifitas badai tropis di belahan Bumi bagian Selatan berlangsung dari akhir Oktober hingga Mei, dengan puncak aktifitas terjadi pada pertengahan Pebruari hingga awal Maret.
Penamaan badai tropis
Pada suatu wilayah dalam satu tahun dapat terjadi beberapa kali badai tropis. Untuk membedakan antara setiap kejadian badai tropis serta memudahkan mensosialisasikan kepada masyarakat, antara lain memberi peringatan akan bahayanya badai tropis yang akan tiba, maka pada badai-badai tersebut diberikan sebuah nama.
Sebuah Pusat Peringatan Siklon Tropis yang telah ditunjuk oleh Badan Meteorologi Internasional berwenang memberi nama suatu badai dan menyebarkannya peringatan ke seluruh dunia.
Aturan pemberian nama berdasarkan urutan abjad dan dirunut dari kejadian waktu. Badai tropis (hurricane, typhoon, tropical cyclone) yang pertama kali terjadi pada suatu tahun atau periode pengamatan, akan diberi nama dimulai dengan huruf awal ”A”, misalnya ”Anna”, untuk badai tropis kedua dinamai dengan huruf awal ”B”, seperti ”Beth”, dan seterusnya.
Beberapa nama badai tropis yang memakan banyak korban manusia :
Tahun 1780 : Great hurricane (Badai Tropis Atlantik)
Menewaskan 22.000 jiwa di Leser Antilles.
Tahun 1900 : Badai Galveston (Hurricane Galveston)
Berkatagori 4 yang menimbulkan tanah longsor dan menewaskan 6.000 sampai 12.000 jiwa di Galveston, Texas, AS.
Tahun 1970 : Siklon tropis Bhola (Bhola Cyclone)
Berkecepatan 160 km per jam menghantam wilayah Delta Gangga (Bangladesh) yang menewaskan lebih dari 300.000 jiwa.
Tahun 1975 : Topan Nina (Typhoon Nina)
Mengakibatkan kerusakan dan korban jiwa besar di wilayah Cina. Merusak 62 bendungan di Cina, diantaranya menjebol bendungan bernama Banqiou yang berakibat banjir besar. Korban tewas lebih dari 100.000 jiwa, terutama akibat banjir dari jebolnya bendungan.
Tahun 1980 : Badai tropis Paul (Hurricane Paul)
Menewaskan sekitar 1.000 orang di Amerika Tengah.
Tahun 1991 : Badai Thelma (Tropical Storm Thelma)
Memakan korban ribuan jiwa di Filipina.
Tahun 1998 : Badai Mitch (Hurricane Mitch)
”Hurricane Mitch” ini menewaskan lebih dari 10.000 jiwa serta menyebabkan banjir hebat dan longsoran lumpur di Honduras hingga mengubah struktur wilayah Honduras.
HURRICANE KATRINA
Badai tropis Katrina (Hurricane Katrina) memakan korban paling sedikit 1.836 jiwa setelah menghantam wilayah Lousiana (terutama kota New Orleans) dan Mississippi, Amerika Serikat, pada bulan Agustus 2005. Badai ini merupakan badai yang mengakibatkan kerugian biaya paling besar di dunia, setelah merusak berbagai bangunan dan sarana lainnya. Total kerugian ditaksir melebihi 100 miliar Dollar AS (900 triliun Rupiah lebih).
Kota New Orleans yang terletak di bawah permukaan laut (tempat awal berkembangnya musik Jazz), berpenduduk 1,4 juta jiwa (mayoritas dihuni warga kulit hitam miskin), 80 persen terendam banjir akibat meluap dan bobolnya bendungan tepi laut di sana karena serangan badai.
Dengan kecepatan angin sedemikian itu, sebuah badai tropis yang melintasi daratan dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan hebat dengan daya hancurnya yang bisa melebihi dasyatnya bom hidrogen sekaliber bom atom. Tidak hanya pohon-pohon yang bisa tercabut dari akarnya, bangunan-bangunan permanen bisa tersapu, mobil besar, kereta api, dan benda-benda besar atau berat lainnyapun dapat terangkat dan beterbangan, serta dapat menimbulkan korban ribuan jiwa.
Setiap tahunnya badai terjadi di atas perairan luas di samudera yang ada di permukaan bumi. Secara alami kejadian badai tropis diperkirakan berkisar 90 kejadian per tahunnya. Tak jarang, kurang dari sebulan terjadi 4 hingga 5 badai tropis. Ia hanya bisa tumbuh ketika suhu muka laut minimal 26,5 derajat Celcius dengan ketersediaan uap air yang cukup, dan kemungkinan kemunculannya ini dapat dideteksi sejak tiga hari sebelumnya. Karena bertambahnya faktor kekasaran permukaan dan kehilangan sumber kelembabannya, badai akan melemah ketika masuk jauh ke daratan.
Sebuah sistem pusaran angin yang terbentuk di atas samudera luas, belum bisa disebut badai jika belum memiliki beberapa kualifikasi (batasan). Ia belum bisa disebut badai jika kecepatannya dibawah 63 km/jam (34 knot). Calon bibit badai ini juga belum tentu akan tumbuh menjadi badai jika tidak ada faktor-faktor meteorologis (yang berhubungan dengan cuaca) lain yang mendukung.
Indonesia Bukan Daerah Lintasan Badai
Setiap badai bergerak dengan lintasan mereka masing-masing. Meskipun demikian, pada umumnya badai yang terbentuk di sebelah Utara Equator bergerak kearah Barat atau Barat Laut, dan badai yang terbentuk di sebelah Selatan Equator bergerak kearah Barat atau Barat Daya. Hal ini karena dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk diantaranya arah rotasi (perputaran) bumi dan gaya corioli yang ditimbulkannya.
-
Badai tropis begerak berbanding lurus dengan besar gaya coriolis bumi. Karena Indonesia berada di wilayah ekuator dengan sudut lintang rendah (besar lintang dinyatakan dengan tanda Sinus ะค), maka besarnya (hasil perhitungan) Sinus yang didapat mendekati nol. Hal ini menyebabkan badai tropis tidak mungkin melintasi wilayah Indonesia.
Indonesia bukan daerah lintasan badai, negara-negara yang seringkali menjadi lintasan badai adalah Amerika, Jepang, Australia, Filipina dan negara lainnya. Indonesia hanya akan terkena pengaruh tidak langsung yaitu berupa angin kencang, gelombang tinggi, dan hujan lebat pada daerah-daerah yang dekat dengan tempat timbulnya badai. Namun pengaruh badai ini tidak mutlak selalu terjadi. Timbulnya hujan lebat dan angin kencang karena pengaruh oleh posisi dan besarnya (intensitas) badai, tergantung pula pada faktor sirkulasi udara di wilayah Indonesia. Terkadang ketika ada indikasi tumbuh badai, pada beberapa wilyah kecenderungan cuacanya terlihat memburuk. Tetapi ketika badai itu sudah matang atau sudah diberi nama, yang timbul di Indonesia justru hanya angin kencang dan gelombang tinggi (kecuali daerah yang mempunyai radius 500 km dari pusat badai yang lebih sering mengalami hujan lebat). Kemudian di saat badai tersebut sudah menjauhi wilayah Indonesia atau ketika intensitasnya sudah melemah justru cuaca bagian Selatan cenderung banyak hujan lebat. Itu semua tidak mutlak terjadi, tergantung dari sirkulasi udara di atas wilayah Indonesia.
-
Dari kenyataan itu dapat ditegaskan lagi bahwa badai tidak selalu membentuk cuaca buruk di Indonesia, sehingga dalam menganalisa diperlukan ”ahli prakiraan cuaca” (prakirawan) yang berpengalaman dan qualified, memahami seluk beluk sirkulasi udara, tidak hanya sekedar melihat ”satelit awan” kemudian menyimpulkan adanya bibit badai yang akan mengancam Indonesia.
Katagori badai tropis
Katagori 1 : Minimal, kecepatan badai 118 – 152 km/jam
(74 – 95 MPH).
Katagori 2 : Moderat (sedang), kecepatan badai 153 – 176 km/jam (96 – 110 MPH).
Katagori 3 : Ekstensif (meluas), kecepatan badai 177 – 208 km/jam (111 – 130 MPH).
Katagori 4 : Ekstrim (luar biasa), kecepatan badai 209 – 246 km/jam (131 – 155 MPH).
Katagori 5 : Catastrophic (bencana besar), kecepatan diatas 246 km/ jam (diatas 155 MPH).
Wilayah perairan berpotensi terjadinya badai tropis
Syarat utama untuk dapat tumbuh dan berkembangnya badai tropis adalah kelembaban udara yang tinggi karena banyaknya kandungan uap air. Syarat tersebut dapat dipenuhi oleh daerah perairan (lautan) di zona tropis dan subtropis yang temperaturnya minimal 26,5 derajat Celcius.
Secara umum wilayah terjadinya badai tropis dikelompokkan atas 2 wilayah utama yaitu belahan Bumi Utara dan belahan Bumi Selatan. Badai tropis yang terjadi di belahan Bumi Utara, arah putaran badainya searah putaran jarum jam. Sedangkan di belahan Bumi Selatan arah putaran badai tropis berlawanan arah putaran jarum jam.
7 wilayah perairan (lautan) sangat berpotensi terjadinya badai tropis :
1. Barat Laut Samudera Pasifik
Merupakan daerah perairan paling aktif terjadinya badai tropis, sepertiga dari seluruh peristiwa terjadinya badai tropis dunia terjadi di wilayah perairan ini. Aktifitas badai tropis di wilayah perairan ini berpengaruh pada wilayah Jepang, Filipina, China dan Taiwan.
2. Timur Laut Samudera Pasifik
Merupakan daerah paling aktif kedua, karena sepertiga dari seluruh peristiwa terjadinya badai tropis dunia terjadi di wilayah perairan ini. Badai tropis di wilayah perairan ini mempengaruhi wilayah Barat Meksiko, Hawaii dan terkadang sampai di semenanjung California.
3. Barat Daya Samudra Pasifik
Aktifitas badai yang terjadi di wilayah perairan ini mempengaruhi wilayah Australia dan Oceania.
4. Utara Samudera Hindia
Wilayah perairan ini dibagi 2 yaitu Teluk Benggala dan Laut Arabia. Terjadinya aktifitas badai tropis di Teluk Benggala 5 sampai 6 kali lebih besar dari yang terjadi di Laut Arabia. Negara-negara yang terpengaruh adalah India, Bangladesh, Srilangka, Thailand, Burma, dan Pakistan, sedangkan semenanjung Arab jarang terkena dampaknya.
5. Tenggara Samudera Hindia
Badai tropis yang terjadi di wilayah perairan ini mempengaruhi willayah Australia dan wilayah dekat perairan Indonesia (laut Timor).
6. Timur Laut Samudera Hindia
Badai tropis yang terjadi di wilayah perairan ini mempengaruhi Madagaskar, Mozambique, Mauritius dan Kenya.
7. Utara Samudera Atlantik
Wilayah perairan ini mencakup Samudera Atlantik, Laut Karibia, dan Teluk Meksiko. Badai tropis yang terjadi di wilayah perairan ini berdampak pada wilayah Amerika Serikat, Meksiko, Canada serta negara-negara Amerika Tengah dan Kepulauan Karabia.
Musim badai tropis
Puncak terjadinya aktifitas badai tropis di seluruh dunia terjadi pada akhir musim panas yakni ketika laut mencapai temperatur paling hangat. Namun di setiap wilayah terjadinya badai tropis, pola musimnya berbeda.
Wilayah Atlantik Utara :
Musim badai tropis dimulai 1 Juni hingga 30 Nopember. Puncaknya terjadi pada awal September.
Wilayah Timur Laut Pasifik :
Pola musimnya sama dengan wilayah Atlantik Utara, namun periodenya lebih panjang.
Wilayah Barat Laut Pasifik :
Badai tropis di wilayah ini berlangsung setahun penuh, dengan puncaknya pada awal September dan aktifitas minimum pada bulan Pebruari.
Wilayah Utara Samudera Hindia :
Musim badai tropis di wilayah ini berlangsung dari bulan April sampai bulan Desember, puncaknya terjadi pada bulan Mei dan Nopember.
Secara umum, aktifitas badai tropis di belahan Bumi bagian Selatan berlangsung dari akhir Oktober hingga Mei, dengan puncak aktifitas terjadi pada pertengahan Pebruari hingga awal Maret.
Penamaan badai tropis
Pada suatu wilayah dalam satu tahun dapat terjadi beberapa kali badai tropis. Untuk membedakan antara setiap kejadian badai tropis serta memudahkan mensosialisasikan kepada masyarakat, antara lain memberi peringatan akan bahayanya badai tropis yang akan tiba, maka pada badai-badai tersebut diberikan sebuah nama.
Sebuah Pusat Peringatan Siklon Tropis yang telah ditunjuk oleh Badan Meteorologi Internasional berwenang memberi nama suatu badai dan menyebarkannya peringatan ke seluruh dunia.
Aturan pemberian nama berdasarkan urutan abjad dan dirunut dari kejadian waktu. Badai tropis (hurricane, typhoon, tropical cyclone) yang pertama kali terjadi pada suatu tahun atau periode pengamatan, akan diberi nama dimulai dengan huruf awal ”A”, misalnya ”Anna”, untuk badai tropis kedua dinamai dengan huruf awal ”B”, seperti ”Beth”, dan seterusnya.
Beberapa nama badai tropis yang memakan banyak korban manusia :
Tahun 1780 : Great hurricane (Badai Tropis Atlantik)
Menewaskan 22.000 jiwa di Leser Antilles.
Tahun 1900 : Badai Galveston (Hurricane Galveston)
Berkatagori 4 yang menimbulkan tanah longsor dan menewaskan 6.000 sampai 12.000 jiwa di Galveston, Texas, AS.
Tahun 1970 : Siklon tropis Bhola (Bhola Cyclone)
Berkecepatan 160 km per jam menghantam wilayah Delta Gangga (Bangladesh) yang menewaskan lebih dari 300.000 jiwa.
Tahun 1975 : Topan Nina (Typhoon Nina)
Mengakibatkan kerusakan dan korban jiwa besar di wilayah Cina. Merusak 62 bendungan di Cina, diantaranya menjebol bendungan bernama Banqiou yang berakibat banjir besar. Korban tewas lebih dari 100.000 jiwa, terutama akibat banjir dari jebolnya bendungan.
Tahun 1980 : Badai tropis Paul (Hurricane Paul)
Menewaskan sekitar 1.000 orang di Amerika Tengah.
Tahun 1991 : Badai Thelma (Tropical Storm Thelma)
Memakan korban ribuan jiwa di Filipina.
Tahun 1998 : Badai Mitch (Hurricane Mitch)
”Hurricane Mitch” ini menewaskan lebih dari 10.000 jiwa serta menyebabkan banjir hebat dan longsoran lumpur di Honduras hingga mengubah struktur wilayah Honduras.
HURRICANE KATRINA
Badai tropis Katrina (Hurricane Katrina) memakan korban paling sedikit 1.836 jiwa setelah menghantam wilayah Lousiana (terutama kota New Orleans) dan Mississippi, Amerika Serikat, pada bulan Agustus 2005. Badai ini merupakan badai yang mengakibatkan kerugian biaya paling besar di dunia, setelah merusak berbagai bangunan dan sarana lainnya. Total kerugian ditaksir melebihi 100 miliar Dollar AS (900 triliun Rupiah lebih).
Kota New Orleans yang terletak di bawah permukaan laut (tempat awal berkembangnya musik Jazz), berpenduduk 1,4 juta jiwa (mayoritas dihuni warga kulit hitam miskin), 80 persen terendam banjir akibat meluap dan bobolnya bendungan tepi laut di sana karena serangan badai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar